Saya, seperti halnya anda dan semua orang lainnya, mengawali tahun 2020 dengan semangat yang sama dengan tahun tahun sebelumnya.
saya memulai tahun dengan memasang target baik berupa KPI pekerjaan, maupun kehidupan personal termasuk trip tahunan yang saya jalani bersama keluarga.
saya mengawali tahun baru dengan makan malam tahun baru di restoran shabu bersama keluarga kecil saya, tidak ada yang spesial tahun ini, capaian saya di tahun sebelumnya juga tergolong ‘biasa-biasa saja’ dalam artian sedikit lebih tinggi dari ekspektasi, menurut saya itu masuk kategori biasa.
jadi, kami tidak terlalu merayakannya di awal tahun ini. hanya makan bersama, dan kemudian doa bersama.
Februari 2020, rencananya kami mau jalan jalan, tetapi tiba tiba saja ibu saya dirawat, rencana jalan jalan terancam gagal.
Saya masih sempat pulang meskipun hanya dua malam merawat Ibu saya di rumah sakit.
setelah diskusi panjang, akhirnya Tante saya bersedia menggantikan Ibu saya dalam trip kami ke turki, semua pendaftaran di proses, tinggal cancelation ke airlines yang belum sempat diurus.
saya melihat ibu saya, sedih. sudah lama kami tidak jalan sekeluarga, trip kami terakhir ke jepang sekitar 3 tahun sebelumnya.
Akhirnya Ibu dan Tante saya keduanya berangkat, tidak mudah memang mengatur perjalan, bagaimana memastikan ibu saya tetap sehat di perjalanan dll.
Perjalanan kami ke Turki bukan tanpa masalah, secara fisik Ibu saya dan keluarga lainnya sehat, hanya saya yang sempat terpeleset salju tipis di tangga hotel akhirnya sempat demam, dan tidak bisa jalan. Untung waktu itu pandemi COVID 19 belum seramai saat ini.
Hanya teringat ketika kami sampai ke Dubai untuk transit, ada pemberitahuan penerbangan dari turki ditutup. alhamdulillah kami sudah bersiap untuk kembali ke Jakarta.
Setibanya kami di Jakarta juga tidak banyak hal berubah, hanya ketika sampai di Lampung kami diminta mengisi kartu kewaspadaan kesehatan, terutama yang baru datang dari luar negeri, tapi sepertinya tidak semua orang mengisi; karena yang sampai ke Pak Kepala Kampung, hanya beberapa nama saja, itupun beberapa bulan kemudian.
Maret 2020, saya masih sempat dinas ke Jogjakarta untuk pelatihan, jogja masih sama, dan selalu istimewa; hanya memang tidak terlalu ramai dibeberapa tempat wisata, mungkin krn beberapa turis asing memang sudah mulai berkurang.
April 2020, Musim tebang dan Giling di Pabrik Gula tempat saya bekerja dimulai, perusahaan menerapkan pembatasan akses keluar masuk; hanya untuk hal hal yang sifatnya essentials. Saya yang tugasnya memang banyak urusan keluar harus memastikan diri setelah keluar, ketika masuk mengisolasi diri secara mandiri dalam periode tertentu untuk kemudian menjalani rapid test. tidak mudah, tapi harus dijalani, belum lagi beberapa tugas saya masih mengharuskan saya melakukan perjalanan ke jakarta.
Akhir Oktober 2020, musim tebang dan giling telah usai, akses keluar masuk di longgarkan, saya sempat mengurus beberapa hal dan menyelesaikan kepentingan pribadi saya. Bahkan 29 Oktober 2020, saya diundang salah satu teman untuk ‘piknik lokal’ pengobat rindu lama tidak bertemu.
November 2020, saya ingat sekali hari itu tanggal 4/11/2020 menerima oleh oleh dari Salah satu pimpinan kami yang baru kembali dari luar daerah, tidak menyangka bahwa setelah itu akan menjadi kasus pertama COVID 19 pada circle terdekat saya.
Saya sendiri setelah itu masih sempat melakukan perjalanan ke luar kota krn ada hal hal yang harus saya lakukan dan tidak bisa ditangguhkan.
12 November 2020, kasus COVID pertama diumumkan, setelah itu kami melakukan banyak tracing dan dokter perusahaan merekomendasikan karantina untuk beberapa suspek. Saya waktu itu menjadi komunikator di beberapa grup karantina, menerima keluhan, menjelaskan kebingungan dan bahkan menerima konsultasi kesehatan, serta me-refer kepada tenaga medis bila diperlukan.
3 minggu lama nya, satu grup karantina dirilis, ada beberapa lagi kemudian, saya mengalami kesulitan tidur dan stress berlebihan.
4 Desember, saya tumbang. hari dimana seharusnya saya menghadiri pembahasan RPP pengupahan di propinsi lampung, perut saya melilit dan saya bahkan tidak bisa bangun dari tempat tidur.
10 hari rasanya saya tidak masuk kantor, suasana kantor sangat berbeda, beberapa mulai WFH, membagi shift hanya supaya mengurangi akses satu sama lainnya, membatasi wilayah jelajah hanya pada divisi masing masing dan tidak bekerja lintas divisi. Bagi sebagian orang hal ini tidak mudah.
Belum lagi kebijakan perpanjangan pembatasan akses (disini kami menyebutnya: stage merah) memaksa kami untuk tidak keluar dari lingkungan site, padahal banyak yang keluarganya tinggal di luar site; lagi lagi tingkat stress meningkat.
Pekerjaan seperti KPI review dan setting KPI untuk tahun depan sudah dilakukan, penyusunan budget pun sudah dilakukan;
Apakah 2021 akan kembali normal? ataukah kita menjalani kehidupan new-normal yang sama sekali tidak normal?
ah sudahlah. sederhanakan pola pikir. kita jalani saja apa yang ada.
Pandemi ini nyata dan masih ada.
Kita tingkatkan Iman, Imun dan Aman.
Selamat menutup tahun 2020 dan menyambut 2021 dengan bahagia.
Ngomong-ngomong, kalian udah nonton drama korea apa aja? *eh